T3 ( TEKNIK TEGANGAN TINGGI ) & ISOLASI
Teknik tegangan tinggi adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh
para tenisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran
dengan tegangan tinggi yang semuannya bersifat khusus dan memerlukan
teknik-teknik tertentu (subyektif), atau dimana gejala-gejala
tegangan tinggi mulai terjadi (obyektif)
Persoalan
isolasi adalah salah satu dari beberapa persoalan yang terpenting dalam teknik
tenaga listrik pada umumnya dan teknik tegangan tinggi pada khususnya, oleh
karena ia menyangkut persoalan pokok bidang teknik dan ekonomi.
Koordinasi
isolasi dapat didefenisikan sebagai korelasi antara daya isolasi alat-alat dan
sirkuit listrik di satu pihak dan karakteristik alat-alat pelindungnya di lain
pihak, sehingga isolasi tersebut terlindung dari bahaya-bahaya tegangan lebih
secara ekonomis. Koordinasi isolasi dinyatakan dalam bentuk langkah-langkah
yang diambil untuk menghindarkan kerusakan terhadap alat-alat listrik karena
tegangan lebih dan membatasi lompatan sehingga tak menimbulkan kerusakan
terhadap alat-alat listrik dan karakteristik alat-alat pelindung terhadap
tegangan lebih, yang masing-masing ditentukan oleh tingkat ketahanan impuls dan
tingkat perlindungan impulsnya.
Koordinasi
isolasi mempunyai dua tujuan :
1.
Perlindungan terhadap peralatan
2.
Penghematan (ekonomi)
Oleh
karena perlindungan bertujuan ekonomi pula, maka kedua tujuan tersebut
disatukan menjadi satu tujuan : ekonomi, hal ini berlaku untuk semua masalah
dalam bidang perlindungan. Dalam hal koordinasi isolasi, yang dituju ialah
sebuah sistem tenaga listrik yang bagian-bagiannya, masing-masing dan satu sama
lain, mempunyai daya isolasi yang diatur sedemikian rupa, sehingga dalam setiap
kondisi operasi, kwalitas pelayanan (penyediaan) dicapai dengan biaya seminimum
mungkin. Biaya peralatan yang dimaksud terdiri dari biaya pertama peralatan
(first cost), biaya kerusakan, biaya pelayanan berhenti (outages),biaya
penurunan dan penaikan kwalitas pelayanan.
A. KARAKTERISTIK
KOORDINASI
· Dalam hal kemampuan isolasi untuk menghadapi
surja hubung dan surja petir maka yang berperan adalah kemampuan isolasi
terhadap kenaikan tegangan yang dikenakan padanya.
·
Dalam pengoperasian normal isolasi peralatan
sistem tenaga ditentukan sesuai dengan tegangan kerja (kelas tegangan) dimana
peralatan itu beroperasi.
·
Pengaman petir dan dan surja hubung memerlukan
penetapan dari level tegangan yang disebut level tegangan shunt, yaitu
perangkat pengaman seperti arrester.
· Batas ketahanan impuls petir yang disebut
sebagai Basic Impulse Level(BIL) adalah ketentuan untuk setiap sistem tegangan
nominal dari berbagai peralatan.
· Semua peralatan dan komponen-komponennya harus
mempunyai BIL di atas level sistem proteksi, sesuai margin. Nilai batas ini
biasanya ditentukan berdasarkan isolasi udara dengan metoda statistik.
·
Untuk peralatan yang bukan isolasi seperti trafo
isolasi, batas margin batas marginditetapkan berdasarkan metoda konvensional.
B. PRINSIP DAN PENGERTIAN DASAR
Rasionalisasi dari pada daya isolasi suatu sistem dan
implementasi dari pada koordinasi isolasi menyangkut prinsip-prinsip tertentu
yang di dalam prakteknya berupa aturan-aturan sebagai berikut :
1.
Arrester petir (lightning arrester) dipakai sebagai alat
pelindung pokok.
2. Tegangan sistem mempunyai tiga harga :
a) Tegangan
nominal, b) Tegangan dasar (rated), dan c) Tegangan maksimum.
3. Ada dua
macam sistem : yang netralnya diisolasikan (isolated neutral system) dan yang
dibumikan secara efektif (effectively grounded system). Pada kedua sistem ini
tegangan-transmisi maksimumnya dapat mencapai 105% dari tegangan dasar.
4.
Tegangan dasar (rating) yang dipakai pada arrester
adalah tegangan maksimum frekuensi rendah (50 c/s) di mana arrester tersebut
bekerja dengan baik. Pada sistem terisolasi, arrester harus mempunyai tegangan
dasar maksimum tidak melebihi tegangan dasar penuh atau arrester 100%. Pada
sistem yang dibumikan, tegangan dasar maksimum dari pada arrester dapat
diturunkan menjadi 80% dari tegangan sistem maksimum. Cara dan aplikasi khusus
memungkinkan pemakaian arrester 75-80%.
5.
Dalam penentuan isolasi trafo, dipakai isolasi
yang dikurangi (reduced insulation), yaitu tingkat isolasi yang lebih rendah
dari pada apa yang telah ditetapkan dalam standar seperti yang terdapat pada
Tabel
6. Dua unsur utama koordinasi isolasi yang penting
ialah karakteristik volt waktu dari isolasi yang harus dilindungi dan karakteristik
pelindung dari arrester. Pada tegangan tinggi sekali (EHV, UHV) ada dua pasang
karakteristik yang perlu diperkatikan, satu untuk surja petir dan satu lagi
untuk surja bubung.
Kelas Referensi
|
BIL
|
80% BIL
|
(kV)
|
(kV)
|
(kV)
|
1.2
|
30
|
24
|
8.7
|
75
|
60
|
12
|
95
|
76
|
23
|
150
|
120
|
34.5
|
200
|
160
|
66
|
250
|
200
|
49
|
350
|
280
|
92
|
450
|
360
|
115
|
550
|
440
|
138
|
650
|
520
|
161
|
150
|
600
|
180
|
825
|
660
|
196
|
900
|
720
|
230
|
1050
|
840
|
260
|
1175
|
940
|
287
|
1300
|
1040
|
345
|
1550
|
1240
|
Tabel Tingkat BIL Berdasrkan
Tegangan Sistem
Dengan karakteristik isolasi dan karakteristik
arrester dapat disusun suatu sistem pengaman yang terkoordinasi. Tegangan
operasi proteksi harus lebih kecil dari tegangan tembus isolasi. Koordinasi
antara kemampuan isolasi dan pengaman sistem ditentukan dengan Basic Insulation
Level (BIL).
C. KARAKTERISTIK ALAT PELINDUNG
Alat pelindung berfungsi melindungi
peralatan tenaga listrik dengan cara membatasi surja (surge) tegangan lebih
yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Berhubungan dengan fungsinya itu ia
harus dapat menahan tegangan sistem 50 c/s untuk waktu yang tak terbatas, dan
harus dapat melakukan surja arus dengan tak merusaknya. Kecuali itu sebuah alat
pelindung yang baik mempunyai ”protekctive-ratio” yang tinggi, yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum
yang diperbolehkan pada waktu pelepasan dan tegangan sistem 50 c/s maksimum
yang dapat ditahan sesudah pelepasan (discharge) terjadi.
Gelombang
surja merupakan suatu gelombang impuls tegangan yang melonjak dan merambat dari
titik sumbernya berarah radial sepanjang penghantar.
Titik A
merupakan besar amplitude gelombang surja yang dapat ditahan oleh isolator dan
titik B untuk tanduk busur apinya. Fungsi dari tanduk busur api adalah
melindungi isolator dari tegangan tembus yang disebabkan oleh gelombang surja.
Bila
amplitude tegangan telah mencapai titik B, maka terjadi pelepasan muatan
listrik (discharge) dari tanduk yang terhubung ke penghantar ke tanduk yang
terhubunga ke bumi (grounding) yang menimbulkan loncatan api.
Karakteristik Alat Pelindung Sederhana
Sela
batang adalah alat pelindung yang paling sederhana. Sela ini diadakan oleh dua
buah batang logam yang mempunyai penampang tertentu (biasanya persegi), yang
satu dihubungkan dengan kawat transmisi, satunya dihubungkan dengan tanah. Keuntungan
dari sela batang ialah bentuknya yang sederhana, mudah dibuat dan kuat
(rugged). Cacadnya ialah bahwa sekali terjadi percikan karena tegangan lebih,
api timbul terus meskipun tegangan lebihnya sudah tidak ada. Oleh sebab itu
sirkuit harus diputus terlebih dahulu untuk menghentikan percikan api tersebut.
Kecuali itu tegangan gagalnya naik lebih tinggi dari pada isolasi yang
dilindunginya untuk gelombang yang curam
Oleh karena itu sela batang dapat dipakai sebagai
perlindungan cadangan (back-up protection) atau dalam kombinasi dengan CB
(circuit breaker) yang mempunyai kecepatan menutup kembali (sesudah dibuka)
yang tinggi (high-speed recluse operation). Sekarang sela batang masih dipakai
terutama guna melindungi CB dalam keadaan terbuka terhadap pukulan petir.
E. KARAKTERISTIK ISOLASI
Dengan
bertambahnya waktu maka kemampuan menahan tegangan dari isolasi semakin
menurun. Agar tidak terjadi kerusakan atau tegangan tembus pada isolasi, maka
tegangan lebih dijaga lebih kecil dari tegangan tembus (breakdown) isolasi.
Bila
VS(t) adalah amplitude tegangan gelombang surja dan Vi(t) kemampuan menahan
tegangan isolasi, dengan visualisasi Gambar 2, titik D adalah amplitude
gelombang surja yang telah mencapai tegangan tembus isolasi pada waktu tD
(VS(t) = Vi(t)).
F. PENERAPAN ARRESTER
Gangguan surja petir merupakan salah
satu gangguan alamiah yang akan dialami sistem tenaga listrik, dan salah satu
metode untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan peralatan proteksi arrester.
Arrester
ini
bekerja dengan mengimplementasikan resistor nonlinier yang mempunyai nilai yang
besar untuk peralatan listrik dari tegangan yang berlebihan dari petir.
Pada saat sparkover maka tegangan akan turun dan tegangan residu arus
discharge. Besarnya nilai sparkover dan tegangan residu arusnya
tergantung dari karakteristik arrester yang digunakan.
Agar pemakaian arrester dalam
koordinasi isolasi dapat memberikan hasil yang maksimal perlu diikuti azas-azas
berikut :
a) Sebagai
disinggung dimuka tegangan dasar 50c/s daripada arrester dipilih sedemikian
rupa sehingga nilainya tidak dilampaui pada waktu dipakai, baik dalam keadaan
normal maupun hubung singkat.
b)
Arrester
ini akan memberikan perlindungan bila ada selisih (margin) yang cukup antara
tingkat arrester dan peralatan.
c)
Arrester
harus dipasang sedekat mungkin kepada peralatan utama dan tahanan tanahnya
rendah.
d)
Kapasitas
termis arrester harus dapat meneruskan arus besar yang berasal dari simpanan
tenaga yang terdapat dalam saluran yang panjang.
e)
Jatuh
tegangan maksimum dari arrester dipakai sebagai tingkat perlindungan arrester
(bukan jatuh tegangan rata-rata)
f)
Sebuah
harga tegangan pelepasan arus petir harus ditetapkan untuk menentukan tingkat
perlindungan arrester yang harus dikoordinasikan dengan BIL sekarang dipakai 2
macam arus : 5000 A dan 10000 A
g) Pengaruh
dari sejumlah kawat (multiple-lines) dalam melindungi kegawatan petir pada
gardu perlu diperhatikan pada penerapan arrester.
h) Bila
ada keragu-raguan mengenai kemampuan 50 c/s dari arrester, maka sejumlah
persentase ditambahkan pada harga yang dihitung atau ditetapkan untuk arrester.
Sekarang masih dipakai 10%.
Selisih antara BIL isolasi yang
harus dilindungi dan tegangan maksimum yang terjadi pada arrester adalah
persoalan yang banyak dibicarakan, karena banyak faktor yang perlu diperhatikan
antara lain :
a. Tegangan
gagal ditentukan oleh kecepatan naiknya
tegangan.
b. Tegangan
pelepasan ditentukan oleh kecepatan naiknya arus surja dan besarnya arus surja
tersebut.
c. Jarak
antara arrester dan isolasi yang harus dilindungi mempengaruhi besarnya
tegangan yang sampai pada isolasi tersebut.
Kegawatan surja tergantung baik
buruknya perlindungan terhadap gardu, tingkat isolasi dardu dan isolasi kawat
transmisi yang masuk ke gardu.
DAFTAR PUSTAKA
http://mysterimanedin.blogspot.co.id/2012/04/pendahuluan-persoalanisolasi-adalah.html
Komentar
Posting Komentar